Selasa, 26 Agustus 2014

Seni dan Kopi

Biji ajaib ini sudah lama menjadi teman ngobrol bagi orang didunia ini, baik sebelum melakukakn aktifitas dipagi hari atau sekedar untuk mencairkan suasana dengan orang yang baru ditemui. Warna hitamnya yang khas dan aroma yang selalu menggoda membuat banyak orang yang jatuh cinta untuk selalu menyeduhnya ketika waktu luang.
Aku sendiri sudah lama mencintai biji yang masaknya bewarna hijau setelah diroasting berwana coklat dan Hitam setelah diseduh dengan air, begitulah kopi dalam proses perubahan warnanya dari setelah dipanen dan sampai proses penyeduhan. Penggemarnya dari seluruh lapisan ekonomi masyrakat tak kenal tua ataupun muda, inilah bentuk bahasa universal dari secangkir kopi.
Kopi selalu menjadi teman begadang yang paling ampuh, meski Rhoma tidak menyebutkan kata kopi dalam syair lagunya yang berjudul "Begadang", efek dari kafeinnya menyebabkan mata bisa melek sampai pagi, salah satu teman yang ajaib untuk mencari inspirasi dan bisa juga jadi inspirasi dalam berkarya, konon seni dan kopi dua elemen yang berbeda tapi saling berkaitan dari sudut pandangnya sendiri, kopi juga dikaitkan dengan para pekerja seni, yaa karna kopi membuat para seniman bisa terjaga dan berfikir untuk menemukan ide ide baru yang bisa dinikmati para pecinta seni.
Indonesia sendiri salah satu produsen kopi di dunia, kopi kopi Indonesia banyak diekspor keluar negeri untuk bisa dinikmati dan diteliti, diolah dan diantar lagi ke Indonesia, yaaa Indonesia sudah terbiasa dengan hal yang seperti itu. Kopi Indonesia sebenarnya tak jauh kalah nikmat dengan kopi kopi produksi luar, dan saya pecinta kopi lokal.
Kini, kopi tak lagi secangkir kopi, dia diseduhkan dengan penuh dengan seni, mulai dari penggilingan, brewing sampai penyajiannya memiliki unsur seni yang tinggi, berbagai bentuk dan rupa diolah dari cairan kopi dan foam susu yang dituangkan dalam cangkir yang sering kita dengar dengan sebutan Latte art, ukiran dalam gelas yang berbahan susu dan kopi itu terkadang membuat kita enggan untuk langsung meminumnya, membiarkannya sejenak untuk dinikmati dari rupanya yang menawan dan aromanya yang tak ingin dibiarkan hilang oleh angin.

Minggu, 24 Agustus 2014

Seni Tanpa Rating

Apakah seni harus selalu diapresiasi ?

atau seni harus dihargai ?

Pertanyaan pertanyaan ini mucul dalam benakku, ketika aku menghasilkan sebuah karya baik itu berbentuk foto, tulisan atau yang lainyya. Bagaimana jika karyaku tidak diterima, bagaimana jika karyaku diolog olog ? mestikah aku marah ?? tidakkan ?? karna menurut pendapatku yang awam ini tentang sebuah kesenian, Bersenilah Tanpa Pamrih, baik itu berharap pujian, rating atau semacam apresiasi lainnya.

Sebab itulah judul besar blog ini aku tulis "Seni Tanpa Rating". Aku ingin bebas disini dalam berapresiasi, aku mau menulis sesuka hatiku, jika tulisan ini kelak akan banyak disukai, maka Alhamdulillah, dan jika pembacanya hanya aku sendiri itu tidak akan membuatku sedih. :)