Rabu, 05 April 2017

Anyelir

Tidak ada yang lebih tabah dari seorang Ibu yang menunggu anaknya dengan sabar di pembaringan pesakitan, komat kamit kecil mulutnya seperti berdialog dan bernego dengan malaikat maut bahwa kematian bukanlah jalan keluar yang harus ditempuh. Kesakitan lebih menakutkan daripada kematian begitulah kira kira kelakar yang pernah kudengar, maut terus saja mengintai diubung ubung atap menunggu waktu yang mantap untuk datang menagih janji yang telah sepakat.

Dua minggu terakhir ini aku terlalu banyak melihat kesakitan yang dialami orang, lebih tepatnya melihat mereka mereka yang berjuang melawan sakit menaruh harapan yang besar pada seorang memakai jas putih, dimana ditangan merekalah nasibnya dipertaruhkan entah sebagai malaikat penyelamat atau berakhir dibalik kain putih yang pasi.

Rumah sakit telah memberi ruang perenungan yang dalam bahwa tiap diri kita selalu diintai untuk mati, melalui pesakitan yang memaharaja ditubuh atau berlalu seperti mimpi, atau membayangkan mati dalam keadaan 'enak', dan selalu menolak mati dengan tercabik cabik, tapi pada akhirnya kita tidak bisa memilih kecuali kau ingin mengakhirinya dengan secangkir kopi yang telah dibumbui sianida atau mati diutas tali yang melilit. 






Minggu, 29 Januari 2017

Senja dihari sabtu

Senja di hari sabtu
seperti tak ingin pergi
seperti juga aku
seperti juga kau

Senja memang menjadi indah
ketika kau tegak lagak di depan senja

dan tak pernah menginginkan malam
karena kita harus saling menemukan diantara gelap

akankah pelukku menentramkan?
membalut seluruh luka yang tumpah dalam sebuah genggam










Sabtu, 28 Januari 2017

Malam




Aku begitu mencintai malam

Dalam gelap cuma ada pelukan dan rentetan ciuman
kita belajar dari ciuman
merasakan luka dunia lewat debar dan kenangan

hei kunang kunang
kenang aku seperti kau mencintai malam

kita tak pernah bercerita
hanya saling menduga

bertanyalah kepada malam
bukankah ia tak pernah berdusta


Jumat, 20 Januari 2017

Sunyi

Sunyi ini merdu seketika
Menderu deram dalam ingatan
Tak ingin lekang
Kekal


Sunyi ini merdu seketika
Menyusuri bait kenangan
Lelap dalam ciuman
Tenang



Kamis, 04 September 2014

Sisa Aset Negeriku

Ini hari seperti biasa Matahari masih terbit di Timur dan terbenamnya di sebelah barat, aku coba buat betah didepan monitor laptop yang sudah usang ini dan yang sudah menemani perjelanan kuliah ku selama ini, lamaa ?? yaa cukup lama butuh sepuluh semester untuk menyelesaikannya. hehehehe

Kenalkan aku seorang mahasiswa yang sebentar lagi akan diwisuda, yang akan dapat tambahan gelar dibelakang namaku S.IP (Sarjana Ilmu Politik), benaar aku kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, lebih tepatnya dijurusan Ilmu Hubungan Internasional kami sering menyingkatnya dengan sebutan HI, orang orang menyelewengkannya dengan hubungan intim.

Aku bukan mau mengait ngaitkan jurusanku ini dengan Pejabat elit yang sekarang bikin geger masyarakatnya, apalagi bahas tentang foto yang sedang heboh dibicarakan banyak kalangan, bukaaan percayalah. Tapi ya begitulah negeriku sekarang ini, dimana pelanggaran moral sudah dianggap Hak asasi manusia, mau mesum dikantor, mau mesum pakai baju dinas, mau yang dihotel, ketika foto beredar, video tersebar, mereka masih bisa tersenyum didepan TV dan mengaku sebagai KORBAN, aneeeeh.

Etika tak lagi ada didalam dada, Tuhan hanya menjadi simbol saja, Agama cuma ada di kartu pengenal dan sudah ada opini untuk dihapuskan, menandakan negara kita tak lagi butuh Agama, hapus saja sila pertama, biar kita boleh menistakannya, tema orientasi mahasiswa saja " Tuhan Membusuk", mahasiswa terlalu angkuh dengan kesombongan akademisnya, sehingga pendapatnyalah yang bisa saja dibenarkan dengan sudut pandang filosfi yang bebas menurutnya, dan menurutku itu berbahaya bagi mereka yang tak mengenal pendidikan apalagi yang tak sempat membaca buku filosofi.

Sebenarnya masih banyak yang bisa dibanggakan oleh negara ini, kalaupun Negara kita tidak benar benar termasuk golongan negara gagal (Failed State) seperti yang terjadi di Somalia, Chad, Kongo ataupun Zimbabwe, Negara ini masih beruntung mempunyai aset warga negaranya yang masih banyak yang waras, walaupun sebagian ada yang tidak, bila diungkapkan dengan hiperbolis, rakyat yang waras itulah satu satunya aset keberuntungan yang dimiliki oleh oleh negara kita ini, karena sumber daya kekayaan alam dan keberagaman kebudayaannya yang melimpah ruah itu sudah lama diabaikan dan tak terpedulikan.

Telah sekian lama negara tidak lagi mampu melindungi potensi potensi  yang sesungguhnya sangat berharga itu, tetapi lebih karena rakyatnya yang masih Waras itu memberdayakan dirinya tanpa merasa perlu bergantung dengan negara. Sampai sampai ada ungkapan yang diungkapkan lewat coret coretan ditembok jalanan " teruslah bekerja, jangan berharap pada negara ". Mungkin itu bentuk kekecewaan ataupun frustasi warga negara ini, Negara sering absen saat rakyat benar benar membutuhkan perannya, yaaaah negara sering direpotkan oleh para pejabatnya yang korup, pemerintah daerahnya yang bermasalah, atau para menterinya juga terlibat skandal, kasus demi kasus tak habis habis diberitakan, rakyat tak lagi jadi prioritas, lihat saja kalau ada bencana yang terjadi, banjir, gempa dan lain sebagainya, yang datang pertama kali bukan pemerintah akan tetapi Mie Instans. hehe

Salam Waras Bangsaku :)









Selasa, 26 Agustus 2014

Seni dan Kopi

Biji ajaib ini sudah lama menjadi teman ngobrol bagi orang didunia ini, baik sebelum melakukakn aktifitas dipagi hari atau sekedar untuk mencairkan suasana dengan orang yang baru ditemui. Warna hitamnya yang khas dan aroma yang selalu menggoda membuat banyak orang yang jatuh cinta untuk selalu menyeduhnya ketika waktu luang.
Aku sendiri sudah lama mencintai biji yang masaknya bewarna hijau setelah diroasting berwana coklat dan Hitam setelah diseduh dengan air, begitulah kopi dalam proses perubahan warnanya dari setelah dipanen dan sampai proses penyeduhan. Penggemarnya dari seluruh lapisan ekonomi masyrakat tak kenal tua ataupun muda, inilah bentuk bahasa universal dari secangkir kopi.
Kopi selalu menjadi teman begadang yang paling ampuh, meski Rhoma tidak menyebutkan kata kopi dalam syair lagunya yang berjudul "Begadang", efek dari kafeinnya menyebabkan mata bisa melek sampai pagi, salah satu teman yang ajaib untuk mencari inspirasi dan bisa juga jadi inspirasi dalam berkarya, konon seni dan kopi dua elemen yang berbeda tapi saling berkaitan dari sudut pandangnya sendiri, kopi juga dikaitkan dengan para pekerja seni, yaa karna kopi membuat para seniman bisa terjaga dan berfikir untuk menemukan ide ide baru yang bisa dinikmati para pecinta seni.
Indonesia sendiri salah satu produsen kopi di dunia, kopi kopi Indonesia banyak diekspor keluar negeri untuk bisa dinikmati dan diteliti, diolah dan diantar lagi ke Indonesia, yaaa Indonesia sudah terbiasa dengan hal yang seperti itu. Kopi Indonesia sebenarnya tak jauh kalah nikmat dengan kopi kopi produksi luar, dan saya pecinta kopi lokal.
Kini, kopi tak lagi secangkir kopi, dia diseduhkan dengan penuh dengan seni, mulai dari penggilingan, brewing sampai penyajiannya memiliki unsur seni yang tinggi, berbagai bentuk dan rupa diolah dari cairan kopi dan foam susu yang dituangkan dalam cangkir yang sering kita dengar dengan sebutan Latte art, ukiran dalam gelas yang berbahan susu dan kopi itu terkadang membuat kita enggan untuk langsung meminumnya, membiarkannya sejenak untuk dinikmati dari rupanya yang menawan dan aromanya yang tak ingin dibiarkan hilang oleh angin.

Minggu, 24 Agustus 2014

Seni Tanpa Rating

Apakah seni harus selalu diapresiasi ?

atau seni harus dihargai ?

Pertanyaan pertanyaan ini mucul dalam benakku, ketika aku menghasilkan sebuah karya baik itu berbentuk foto, tulisan atau yang lainyya. Bagaimana jika karyaku tidak diterima, bagaimana jika karyaku diolog olog ? mestikah aku marah ?? tidakkan ?? karna menurut pendapatku yang awam ini tentang sebuah kesenian, Bersenilah Tanpa Pamrih, baik itu berharap pujian, rating atau semacam apresiasi lainnya.

Sebab itulah judul besar blog ini aku tulis "Seni Tanpa Rating". Aku ingin bebas disini dalam berapresiasi, aku mau menulis sesuka hatiku, jika tulisan ini kelak akan banyak disukai, maka Alhamdulillah, dan jika pembacanya hanya aku sendiri itu tidak akan membuatku sedih. :)